2012

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KLASIFIKASI



Klasifikasi adalah pengelompokan obyek tertentu yang sama atau sejenis dan pemisahan objek yang berbeda (Nelson et al, 1978). Ini berarti merupakan teknik informasi untuk secara sistematis menamai objek yang diklasifikasikan dan menunjukan hubungan-hubungan diantara mereka.
Sistem Klasifikasi adalah hasil dari proses klasifikasi.
Identifikasi adalah penempatan obyek ke dalam, sistem tersebut, (Sokal,1974).identifikasi objek selanjutnya diikuti dengan delineasi daerah- daerah lahan dalam bentuk kegiatan pemetaan atau regioalisasi.

Taksonomi
Adalah ilmu klasifikasi (Bailey, Pfister dan Henderson,1978).
KEGUNAAN KLASIFIKASI
a.       Mengumpulkan informasi
b.      Mengorganisasikan
c.       Mengkomunikasikannya untuk keperluan  pengambilan keputusan.

Informasi yang dibutuhkan dikelompokan menjadi dua type yaitu :
1.      Informasi cultural: Meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, dan administratif.
2.      Informasi alami: Meliputi sumberdaya dasar  yang menentukan kemampuan lahan itu sendiri untuk dapat memenuhi kebuttuhan masyarakat.

Fungsi klasifikasi adalah memberikan kemungkinan melakukan penyidikan mengenai obyek-obyek yang diklasifikasikan.
Klasifikasi penting dalam usaha untuk mengerti dan mengelola sumberdaya lahan, karena klasifikasi dapat menciptakan keteraturan dari data yang akan diinterpretasi serta mengurangi jumlah menjadi lebih kecil dari jumlah total obyek melalui pembentukan kelas-kelas

Prinsip Umum Klasifikasi ( Gilmour, 1951 dalam Bailey, Pfister dan Henderson, 1978)
n  Klasifikasi merupakan prasyarat bagi semua pemikiran konsepsi, tidak tergantung dari subjek yang sedang dipikirkan,
n  Kegunaan utama dari klasifikasi adalah untuk membangun kelas-kelas, dImana kita dapat membuat generalisasi induktif,
n  Kelas-kelas tertentu yang dibangun akan selalu timbul dalam hubungannya dengan keperluan tertentu,
n  Klasifikasi yang diadopsi untuk setiap perangkat obyek tergantung dari bidang ttt, dimana generalisasi induktif tsb, akan dilakukan. Bidang generalisasi yang berbeda membutuhkan lasifikasi yang berbeda pula,
n  Klasifikasi mempunyai tingkat penggunaan dibandingkan dengan yang lainnya. Klasifikasi yang diperuntukan untuk sejumlah besar penggunaan desebut alami (natural) sedangkan klasifikasi yang diperuntukan untuk keperluan yang lebih terbatas disebut buatan (artifiial).
n  Tidak ada satupun sistem klasifikasi yang sifatnya ideal atau absolut untuk setiap perangkat objek ttt. Akan tetapi selalu ada sejumlahsistem klasifikasi yang berbeda dalam dasar-dasar pemikirannya sesuai dengan keperluamn menyusun klasifikasi tsb.

Metode Klasifikasi                 
  1. Klasifikasi berdasarkan satu faktor dan      berdasarkan faktor ganda
Klasifikasi berdasarkan satu faktor (single factor / monotheic classification)
            merupakan klasifikasi yang menggunakan hanya satu faktor tertentu di dalam mengklasifikasikan obyek-obyek yang sedang di pelajari. Contoh  : klasifikasi lokasi (sites) yang didasarkan atas pengukuran produktivitas  dapat dikatakan sebagai klasifikasi satu faktor di dalam pengembangan, penggunaan dan interpretasinya.
Klasifikasi berdasarkan faktor ganda (multifactor atau polythetic classification)
            menggunakan beberapa faktor dalam mengklasikan obyek yang sedang dipelajari,. Contoh ; tipe tanah dan tipe habitat dapat disederhanakan ke dalam sejumlah kecil sifat-sifatnya yang menonjol
2.      Klasifikasi Tingkat tunggal dan  Klasifikasi Hirarki
Klasifikasi tingkat tunggal (singel level) hanya digunakan satu tingkatan dalam klasifikasinya
Klasifikasi hirarki  menggunakan beberapa tingkatan dalam bentuk hirarki yang membentuk kelas-kelas ordo (orders classes) dari objek yang sedang di pelajari sehingga hubungan-hubungan diantara mereka dapat diketahui.
3.       Klasifikasi Berdasarkan Agregasi atau Aglomeratif dan Klasifikasi Berdasarkan Penguraian
klasifikasi dapat dinbangun dengan dua cara yaitu agregasi /aglometratif dan penguraian (subdivision)(Wright, 1972; Johnston, 1976; Bailey et al, 1978).

Klasifikasi berdasarkan agregasi atau aglomeratif dimulai dari sejumlah individu-individu, kemudian dengan menggunakan peraturan-peraturan ttt., mengalikasikannya ke dalam kelompok atau kelas menurut tingkat kesamaannya pada kriteria yang telah dipilih. Dalam hal ini pendekatannya adalah dari bawah ke atas dimana individu taksonomi dikelompokan ke dalam kelompok berikutnyayang lebih luas difatnya.
Penguraian (subdivision) dimulai dari satuan yang luas (misal pulau0 dan kemudian dibagi-bagi ke dalam satuan –satuan yang lebih kecil. Pendekatannta adalah dari atas ke bawah dimana keseluruhan populasi dibagi-bagi ke dalam satuan satuan yang lebih kecil.
Sebagai pegangan umum, taksonomi didasarkan atas agregasi/aglomerasi sedangkan regionalisasi didasarkan atas penguraian 
           
PENGERTIAN KLASIFIKASI LAHAN
Klasifikasi lahan dapat didefinisikan sebagai pengaturan satuan-satuan lahan ke dalam berbagai  kategori berdasarkan sifat-sifat lahan atau kesesuainnya untuk berbagai penggunaan (Soil Conservation Society Of Amerika, 1982).
Klasifikasi lahan merupakan pengembangan sistem logika untuk pengaturan dari berbagai macam lahan ke dalam kategori-kategori yang ditentukan menurut sifat lahan itu sendiri, sifat ini meliputi sifat yang dapat diamati secara langsung ( Kemiringan lereng sifat-sifat yang hanya ditetapkan dengan penyidikan kesuburan tanah ). Sistem klasifikasi lahan sering dirancang untuk keperlua yang sangat terbatas dan mungkin hanya menekankan pada sifat lahan ttt.
Prosedur klasifikasi lahan variasi dari satu sistem ke sistem lainnya karena adanya perbedaan dalam prinsif-prinsif, asumsi-asumsi dan kepentingannya, selain itu untuk mencapai keperluan yang sama, sifat lahan yang sama dapat diintegrasikan secara berbeda dengan memberikan bobot yang berbeda di dalam kombinasi-kombinasi yang tidak serupa (kellogg, 1951).
Sebagian besar dari sistem menyelesaikan klasifikasi lahan dengan jalan membagi lahan ke dalambagian-bagian yang lebih kecil yang merupaka satu-satuan lahan yang lebih seragam untuk memperoleh deskripsi yang lebih sederhana dan lebih tepat )Beckett dan Webster, 1965).

Pertimbangan yang bisa digunakan untuk mendeliniasi satuan-satuan lahan :
-          Sifat dapat dikenal Sifat dapat direproduksikan (Becket dan Webster, 1965).
-          Sifat dapat dikenal berhubungan dengan pengembangan identitas darisatuan-satuan dan sifat-sifat pembeda yang dibutuhkan untuk dipilih (Cline, 1949; Becket dan Webster, 1965).
-          Sifat-sifat pembeda harus merupakan ciri  instrinsik lahan yang diklasifikasikan (Wright, 1972).

Batas-batas dalam pemetaan kelas-kelas lahan dapat diidentifikasi dari :
-          Citra penginderaan jauh,
-          Foto-foto udara pankhromatik konvensional.
-          Foto udara telah digunakan secara luas kegiatan survai tanah dan survai sumberdaya lahan lainnya, untuk memberikan model stereoskopik medan yang akan digunakan dalam menggambarkan batas-batas satuan lahan yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengecekan berikutnya di lapangan (Thomas, 1980).
-          Foto udara dan citra penginderaan jauh merupakan alat lapangan yang sangat penting untuk dapat memperoleh data penggunaan  lahan yang dapat diamati dan sifat lainnya.
-          Foto udara dapat digunakan sebagai peta dasar, dan tergantung dari sekalnya, gambar tersebut dapat beris sejumlah besar titik-titik kotrol sehingga memungkinkan penempatan yang sangat tepat dari lokasi lapang yang mempunyai berbagai penomena (Aldrich,1981). 

Masalah utama dalam mengklasifikasikan lahan
-          Kekomplekan sifat lahan, Variasi ruang,Kesulitan dalam menyederhanakan hubungan-hubungan antar sifat-sifat tersebut.
-          Dalam menetukan jangkauan, lokasi batas-batas lahan yang mempunyai sejumlah besar sifat yang bervariasi dalam ekspresi ruang yang berbeda, yang menyebabkan batas satuan dapat ditentukan secara tajanm atau berangsur dalam suatu kesinambungan (continuum),
-          Asosiasi sebagai hasil dari interrelasi dari daerah-daerah yang berdekatan, yang berarti bahwa masing-masing area lebih merupakan sistem terbuka daripada sistem tertutup.

VARIABILITAS TANAH ALAMI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KLASIFIKASI LAHAN DAN SATUAN PETA LAHAN
Pengetahuan mengenai variabilitas  didalm setiap bidang lahan sangat penting dalam merencanakan penggunaan lahan dan dalam menentukan tindakan pengelolaan berbagai aspek pertanian misalnya penggunaan pupuk, irgasi, dsb.
-          Pengetahuan ini juga penting dalam survai tanah dalam menetukan batas-batas kelas (Beckett dan Webster, 1971).
-          Variasi ciri tanah dari dari suatu titik ke titik lain dalam bentangan lahan merupakan konsekuensi dari banyak faktor yang berbeda yang berinteraksi secara erat  satu dengan yang lainnya (Varazashvili, Litayev<dan petrova, 1976).
-          Bracewell, Roberston dan logan (1979) memperoleh variasi yang cukup besar pada jarak pendek dalam hhampir semua ciri kimia tanah yang mereka ukur, terutama dalam kadar bahan organik dan katoin yang dapat depertukarkan.
-          Veriasi lateral kadar liat telah dipelajari oleh Websrter dan Wong (1969),
-          Variasi dalam pH oleh Webster dan Cuanalo (1975),
-          Mendiskusikan variasi tanah dalam konteks klasifikasi wilayah (regional classification), Webster (1997)
-          Dalam studi analisis variabilitasnya , Campbell (1978) menemukan bahwa variasi pH dari satu tempat ke tempat lain bersifat acak  dan tidak ada pola perubahan yang dapat diidentifikasikan . Sebaliknya wvariasi yang jelas terlihat pada kandungan pasir tanah, variasi lengkap dijumpai pada jarak 30-40 m.

Becket dan webster (1971) telah mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan variabilitas tanah diantaranya adalah;
-          Gradien wilayah karena iklim,
-          Menghasilkan gradien tanah jangka panjang
-          Alur-alur buat cacing menghasilkan perbedaan-perbedaan pada jarak yang pendek
McIntosh Backholm dan Smith (1981) menyimpulkan bahwa variasi tanah didaerah berbukit dipengaruhi oleh ;
-          Aspek Lereng,
-          Ketinggian,
-          Vegetasi,
-          Pemudaan tanah kembal,
-          Letak lereng

Kantey, dan Morse,(1965). Varietas tanah juga tergantung tipe bahan induk.
McIntosh et al (1981) menemukan bahwa perbedaan-perbedaan dalam kandungan unsur hara penting pada lapisan tanah atas. Terutama status P dalam hubungannya dengan perbedaan-perbedaan dalam macam vegetasi penutup.
Betney,( 1968) menemukan bahwa variasi tanah berhubungan dengan perubahan-perubahan geologi setempat dan berpendapat bahea studi-studi tanah –geomorfologi sangat membantu dalam penempatan batas-batas tanah.
Nortcliff (1978), menggunakan bahan induk tanah sebagai pemisah permulaan untuk mengidentifikasi pola-pola variabilitas tanah. Akan tetapi dia menemukan variasi setempat yang cukup besar di dalam satuan-satuan pemisah permulaan tsb.
Chittleborough(1978) menemukan bahwa variabilitas sifat individu tanah berbeda sangat luas.
Areola (1982) menemukan beberapa sifat tanah sangat bervariasi di dalam satuan lahan yang digunakan, dalam hal ini faset (facet) ( misalnya batuan, basa-basa dapat dipertukarkan, kapasitas tukar kation, karbon organik, nitrogen, fosfor dan kalium), sedangkan beberapa sifat lainnya seperti pH dan kejenuhan basa menunjukan keseragaman.
Milfred dan Kiefer (1976) mengusulkan penggunaan Foto udarayang berulang untuk membantu mengidentidikasi dan mengevaluasi variasi di dalam satuan-satuan peta tanah.
Webster (1976) telah mendiskusikan variasi berbagai sifat-sifat tanah yang berubah secara pertikal dari permukaan menuju ke batuan induk, dan juga secara lateral.
Beckett (1967) perubahan yang tajam dalam tanah yang disebabkan antara lain oleh perubahan yang jelas dalam batuan tana, lereng ataupun draenase akan menaikan variasi dalam seri tanah.
Lumb( 19660 juga menyimpulkan bahwa ciritanah tidak akan tetap pada semua titik dalam massa tanah, melainkan akan tergantung pada lokasi titik tsb, dalam profil tanah.
Blith dan Macleod (1978) mengemukakan pentingnya peranan variabilitas tanah dalam mempelajari hubungan antara pertumbuhan pohon dan ciri tanah, terutama untuk penilaian kemampuan hutan, dimana produk sikayu diprediksi dari hubungan yang telah diketahui antara pertumbuhan pohon  dan sifat-sifat lahan.
Harris (1915) menyatakan bahwa heteregenitas  lebih mungkin terjadi sebagai alibis ketidakrataan lapangan daripada sebagai akibat perubahan yang relatip seragam sepanjang lapangan tsb.
Jarvis (1976) menambahkan bahwa sifat-sifat tanah yang dipengaruuhi oleh penggunaan pupuk atau tindakan-tindakan perbaikan lainnya Pengapuran ) akan lebih bervarasi
Chew (1958) mengusulkan pengambilan contoh tanah secara acak sederhana dalam pekerjaan survai-survai yang berhubungan denga sifat-sifat kimia, fisik dan biologi tanah.

Konsep Dasar SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


Data yang mempresentasikan dunia nyata (real world) dapat disimpan, dimanipulasi, diproses, dan dipresentasikan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan layer-layer tematik yang direlasikan dengan lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi, dan hasilnya dapat dipergunakan untuk pemecahan banyak masalah-masalah dunia nyata seperti dalam perencanaan , pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, pemodelan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian.

Pengertian SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya (Murai dalam Prayitno, 2000.
Menurut ESRI (1990), SIG sebagai suatu kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang berreferensi geografi.

Nama-Nama Lain dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
a)      Sistem Informasi Lahan (Land Information System = LIS)
b)      Pemetaan Terotomatis dan Pengelolaan Fasilitas (AM/FM = Automated Mapping and Facilities Management)
c)       Sistem Informasi Lingkungan (Enviromental Information System = EIS)
d)      Sistem Informasi Sumber Daya (Resources Information System= RIS)
e)      Sistem Informasi Perencanaan (Planning Information System = PIS)
f)       Sistem Penanganan Data Keruangan (Spatial Data Handling System = SDHS)
Nama lain dari Disiplin Ilmu SIG:
a)      Geomatic
b)      Geoinformatic
c)       Geospatial Information Science

Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
  1. Subsistem INPUT
  2. Subsistem MANIPULASI
  3. Subsistem MANAJEMEN DATA
  4. Subsistem QUERY
  5. Subsistem ANALISIS
  6. Subsistem VISUALISASI

Subsistem INPUT:
         ·            Subsistem ini meliputi pengumpulan dan persiapan data spasial dengan atribut dari berbagai sumber.
         ·            Data yang digunakan harus dikonversi menjadi format digital yang sesuai. 
         ·            Salah satu teknik mengubah data analog menjadi data digital adalah dengan digitasi menggunakan digitizer
Subsistem MANIPULASI DATA:
Subsistem ini meliputi penyesuaian terhadap data Masukan untuk diproses lebih lanjut, misalnya:
a)      Penyamaan skala
b)      Pengubahan sistem proyeksi
c)       Generalisasi,

Subsistem MANAJEMEN DATA
Subsistem ini menggunakan DataBase Management System (DBMS) untuk membantu:
         ·            Menyimpan data
         ·            Mengorganisasi data
         ·            Menganalisis data

Subsistem Q  U  E  R  Y
Subsistem penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer dapat memberikan informasi untuk analisis dan memperoleh data yang diinginkan
Contoh:
         ·            Dimana letak daerah yang sesuai untuk pemukiman baru?
         ·            Jenis tanah apa yang dominan pada hutan pinus?
         ·            Jika dibangun jalan baru bagaimana pengaruhnya terhadap lalulintas yang ada saat ini?

Subsistem A N A L I S I S
Subsistem yang berkemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi baru.
Menggunakan Model Skenario: “What if”
Salah satu analisis yang banyak dipakai saat ini adalah “Analisis Tumpang Susun Peta” atau Overlay 

Beberapa Komponen SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
  1. Perangkat Keras (Hardware)
  2. Perangkat Lunak (Software)
  3. Data
  4. Sumber Daya Manusia (People)
  5. Metode (Methods)

Komponen SIG:
Komponen
1. PERANGKAT KERAS (HARDWARE)
Komputer mencakup:
a)      komputer tunggal,
b)      komputer sistem jaringan dengan server (LAN & MAN)
c)       Komputer dengan jaringan Global Internet (WAN)
d)      Perangkat Keras Pendukung Sistem GIS, meliputi:
e)      Peralatan untuk Pemasukan Data
f)       Peralatan untuk Pemprosesan Data
g)      Peralatan untuk Penyajian Hasil
h)      Peralatan untuk Penyimpanan (Storage)

2. PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE)
Perangkat lunak yang mempunyai fungsi: pemasukan data, manipulasi data, Penyimpanan data, Analisis Data, dan Penayangan Informasi Geografi
Beberapa Persyaratan yang harus dipenuhi dari Software SIG:
a)      Merupakan DataBase Management System (DBMS)
b)      Memiliki fasilitas Pemasukan dan Manipulasi Data Geografi
c)       Memiliki fasilitas untuk Query, Analisis, dan Visualisasi
d)      Memiliki kemampuan Graphical User Interface (GUI) yang dapat menyajikan hasil (Penayangan dan Printout) informasi berbasis geografi dan memudahkan untuk akses terhadap seluruh fasilitas yang ada
3. D  A  T  A
Data merupakan komponen yang sangat penting dalam Sistem Informasi Geografis
Keakurasian Data sangat dituntut dalam SIG
Dikenal konsep:
Garbits In Garbits Out”  dan sebaliknya
Gold In Gold Out
4. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) (PEOPLE)
         ·            Teknologi SIG menjadi sangat terbatas kemampuannya jika tidak ada Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengelola sistem dan mengembangkan sistem untuk aplikasi yang sesuai.
         ·            SDM Pengguna Sistem dan SDM Pembuat Sistem harus saling bekerjasama untuk mengembangkan teknologi SIG

5. M  E  T  O  D  E (METHODS)
Model dan Teknik Pemrosesan yang perlu dibuat untuk berbagai aplikasi SIG
Sistem Komputer untuk SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
 Terdiri dari: Perangkat Keras (Hardware), Perangkat Lunak (Software), dan Prosedur untuk penyusunan Pemasukan Data, Pengolahan Data, Analisis Data, Pemodelan (Modelling), dan Penayangan Data Geospasial
Peran Pengguna SIG adalah memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemutakhiran (updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi

D  A  T  A Sistem Informasi Geografis
Data SIG dikenal sebagai: Data Geospasial, terdiri dari:
  1. Data Grafis / Data Geometris
  2. Data Atribut / Data Tematik
  3. Data Grafis mempunyai 3 elemen, yaitu:
  4. Titik atau Node
  5. Garis atau Arc
  6. Luasan atau Poligon (Dapat berupa Vector ataupun Raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi, dan arah.

STRUKTUR DATA VECTOR
Data TITIK (NODE):
Merupakan sepasang koordinat (X,Y) tanpa dimensi (tidak mempunyai panjang dan luas serta tinggi).
Data GARIS (ARC):
Merupakan pasangan-pasangan koordinat yang mempunyai titik awal dan titik akhir (X1,Y1; X2,Y2), disebut: Berdimensi 1.
Data LUASAN / AREA (POLIGON):
Merupakan kumpulan pasangan-pasangan koordinat dimana titik awal sama dengan titik akhir (X1,Y1 = Xn,Yn) atau loop, disebut Berdimensi 2: Mempunyai ukuran dimensi panjang dan luas.
Data PERMUKAAN (SURFACE):
Merupakan suatu area  dengan  besaran (X,Y,Z),  disebut Berdimensi 3: Mempunyai ukuran panjang, luas dan ketinggian.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) atau GEOGRAFI INFORMATION SYSTEM (GIS)


   BEBERAPA ALASAN:
MENGAPA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DIPERLUKAN ?
  1. Penentuan posisi (kepastian lokasi & luas)
  2. Kemudahan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (monitoring), serta evaluasi
  3. Pemantauan kemajuan program antar tahun anggaran
  4. Kemudahan perubahan multi fungsi dari peta digital yang dihasilkan
  5. Kemudahan mendesain model multi fungsi yang digital
  6. Minimalisasi double financing

   Beberapa Alasan:
Mengapa SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERKEMBANGANNYA LAMBAT ?
  1. Pimpinan belum memahami manfaat yang sebenarnya
  2. Dianggap biayanya mahal dibandingkan kegunaannya
  3. Personil yang menguasai SIG masih sangat terbatas
  4. Dianggap sangat sulit, sehingga lebih baik ditinggalkan
  5. Dianggap sangat transfaransi sehingga tidak bisa menutupi kegiatan fiktip

   Bagaimana mengatasinya?
  1. Jadikan SIG sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan kita dan bukan sebaliknya SIG yang memperalat kita
  2. Yakinkan pimpinan tentang manfaat dan contoh langsung di dalam tugas sehari-hari
  3. Rekruitmen tenaga yang menguasai SIG
  4. Magang di instansi yang benar-benar menguasai SIG dalam waktu yang memadai (3 - 4 bulan)
  5. Yakinkan bahwa transfaransi lebih memudahkan dalam pemantauan dan evaluasi serta penentuan prioritas kegiatan berikutnya

   Teladan Aplikasi Pemanfaat
Sistem Informasi Geografis
  1. Perhitungan luas areal dengan koordinat geografisnya
  2. Penentuan koordinat semua lokasi dan calon lokasi pengelolaan lahan dan air
a)      Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi
b)      Koordinat (Lintang, Bujur, dan Ketinggian)
  1. Pemetaan Digital Multi Fungsi
  2. Pemantauan kemajuan kegiatan (before and after project)
  3. Pemodelan Digital Multi Fungsi

   PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
  1. Dikombinasikan dengan sistem basis data yang baik, menjadikan sistem informasi dapat digunakan oleh berbagai sektor
  2. Diseminasi program dan keluaran program, sehingga memudahkan pemangku kepentingan mengakses langsung

Sumber Pustaka:
Irianto, S. G.  2006.  Pentingnya Sistem Informasi
Geografis dan Peta Tutupan Lahan dalam
Pengembangan Pertanian. Direktorat Pengelolaan
Air, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan
Air, Departemen Pertanian.  Solo.  Makalah yang
Disampaikan pada Apresiasi Sistem Informasi
Geografis dan Validasi PetaTutupan Lahan pada
12 – 16 September 2006 di Solo.

Metode Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Silang



1.      Seleksi Massa
Manfaatnya:
-         Untuk mengembangkan varietas baru
-         Memurnikan varietas campuran
-         Mempertahankan Varietas
-         Untuk melakukan perbaikan varietas-varietas kecil dari varietas yang sudah ada, misalnya keseragaman umur.
Keuntungan:
-         Seeksi ini mudah karena tidak memerlukan persilangan, selfing dan uji keturunan.
-         Cepat dalam memperbaiki daya adaptasi suatu varietas dan sifat kuantitatif yang hereditasnya tinggi.
Kekurangan:
Seleksi massa ini lambat, untuk sifat herebilitas rendah. Disebabkan:
a.      genotipe superior tidak dapat diidentifikasi berdasarkan fenotif tunggal.
b.      Penyerbukan tidak terkontrol, sehingga tanaman terpilih kemungkinan diserbuki oleh tanaman lain baik yang superior maupun yang interior.
c.      Seleksi yang ketat akan mengurangi ukuran okulasi dan menyebabkan adanya depresi inbreeding.

2.      Seleksi Keturunan
-         Sleksi Ear to row (C.c. Hopkins 1987) pada tanaman jagung.
Ket:
Tahun I          : Tanaman superior yang memiliki tongkol dipilih kemudian
Tahun II         : Sebagian biji di tanam dalam barisan sebagian lagi disimpan.
Tahun III       : Biji yang disimpan dan diketahui menghasilkan barisan superior dicampur dan ditanam.

-         Ear To Row To Ear (longquist)
Ket:
Tahun I          : ± 200 tanaman superior yang menghasilkan tongkol superior diseleksi.
Tahun II         : Uji dengan satu ulangan dilakukan pada beberapa lokasi. Misalnya Lokasi 1,2,3 digunakan untuk menguji keturunan dan lokasi 4 digunakan untuk produksi biji.
Tanaman keturunan dari superior digunakan sebagai tanaman betina, sedangkan tanaman jantannya adalah campuran dari seluruh keturunan tersebut. Hasil rata-rata setiap turunan keempat lokasi dihitung dan 20% yang terbaik diidentifikasi. Dari yang terbaik tersebut, masing-masing diambil 5 tanaman dari lokasi empat.
Tahun III       : Biji dari 5 tanaman superior yang berasal dari barisan superior pada lokasi 4
3.      Seleksi Recurrent
a.      Seleksi recurrent untuk fenotipe (Recurrent Selection For Fenotype)/ Seleksi Recurrent Sderhana (Simple Recurrent Selection.
Prinsipnya     : pengembangan dari seleksi massa.
b.      Seleksi Recurrent untuk Daya Gabung Umum (Recurrent Selection For General Combining Ability)
Adalah kemampuan suatu bahan pemuliaan untuk memberikan  hasil yang baik jika disilangkan dengan bahan pemuliaan lainnya. Misalnya:
G1 x G2 = 90
G1 x G3 = 100
G2 x G3 = 80
G1 : 90+100/2 = 95
G2 : 90+80/2 = 85
G3 : 100+80/2 = 90
Jadi, yang terbaik adalah G1 karena memiliki daya gabung yang baik.
Tahun I          : Tanaman di selfing (S) dan disilangkan (xt).
Tahun II         : Uji daya gabung
Tahun III       : Biji hasil selfing dari tanaman dengan DGU baik di tanam.
Tahun IV       : Tanaman biji campuran dari tahun ke tiga lalu dua ulang
Tahun V         : Uji daya gabung
Tahun VI       : Biji hasil selfing dari tanaman dengan DGU baik di tanam.
c.      Seleksi Recurrent Untuk Daya Gabung Khusus (Recurrent Selection For Spesific)
Adalah kemampuan suatu bahan pemuliaan untuk memberikan hasil yang baik jika disilangkan dengan bahan pemuliaan tertentu. Contohnya: Jadi, G1 dan G3 memiliki daya gabung yang terbaik.
Prosedur sama dengan DGU, tetapi tanaman tester diseleksi terlebih dahulu. Tanaman tester yang terbaik adalah galur stabil dan permanen. Dengan menggunakan tanaman tester yang memiliki dasar genetik yang sempit dapat diketahui bahwa perbedaan hasil persilangan disebabkan DGK.
d.      Seleksi Recurrent Resiprok (Reciprocal Recurrent Selection), dilakukan untuk memperbaiki populasi  sekaligus misalnya A dan B. setiap populasi ditanggapi dengan dengan cara yang sama dengan seleksi recurrent untuk DGK. Tetapi tester untuk populasi. A dan B dan B untuk A. untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya kedua populasi tersebut tidak berkerabat dekatan dan diketahui dapat saling berkombinasi.
4.      Pembentukan Varietas Sintetik
Adalah populasi hasil silang acak sejumlah galur in bred (galur silang) kemudian sibbed lines galur sodara tirinya) atau klon (pada tanaman vegetatif) dengan semua kombinasi yang mungkin.
Komponen-komponen varietas sintetik adalah komponen-komponen yang:
-         telah di uji daya gabungnya
-         dipelihara dengan ketat untuk membentuk varietas sintetik kembali dengan komposisi genetik yang sama.
-         Dapat berkombinasi sehingga memungkinkan terjadinya silang acak.
Sifat-sifat varietas:
a.      Inbreeding/ silang dalam, pada setiap generasi hanya terjadi sedikit sehingga dapat digunakan untuk 3 sampai 4 generasi.
b.      Lebih baik daripada varietas silang terbuka (Open Pollinated Variety).
Varietas Sintetik
Perbandingan
Varietas Hibrida
Inbreed, Sibbed Lines, Klon
Galur
Inbreed
4-10
Tanaman Tetua
2-4
Secara Acak
Penyerbukan
Di kontrol
Di uji
DGU
Di uji
Lebih Rendah
Heterosis
Tinggi
F1 –F4
Penggunaan Biji
F1
Mudah
Pemeliharaan Varietas
Sulit
Simbol :
Syn 0  : Galur Induk
Syn 1  : F1 dari silang acak Syn 0
Syn 2  : Hasil silang acak Syn1
Syn 3  : Hasil silang acak syn 2

Postingan Lebih Baru Postingan Lama

Diberdayakan oleh Blogger.