April 2012

Metode Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Silang



1.      Seleksi Massa
Manfaatnya:
-         Untuk mengembangkan varietas baru
-         Memurnikan varietas campuran
-         Mempertahankan Varietas
-         Untuk melakukan perbaikan varietas-varietas kecil dari varietas yang sudah ada, misalnya keseragaman umur.
Keuntungan:
-         Seeksi ini mudah karena tidak memerlukan persilangan, selfing dan uji keturunan.
-         Cepat dalam memperbaiki daya adaptasi suatu varietas dan sifat kuantitatif yang hereditasnya tinggi.
Kekurangan:
Seleksi massa ini lambat, untuk sifat herebilitas rendah. Disebabkan:
a.      genotipe superior tidak dapat diidentifikasi berdasarkan fenotif tunggal.
b.      Penyerbukan tidak terkontrol, sehingga tanaman terpilih kemungkinan diserbuki oleh tanaman lain baik yang superior maupun yang interior.
c.      Seleksi yang ketat akan mengurangi ukuran okulasi dan menyebabkan adanya depresi inbreeding.

2.      Seleksi Keturunan
-         Sleksi Ear to row (C.c. Hopkins 1987) pada tanaman jagung.
Ket:
Tahun I          : Tanaman superior yang memiliki tongkol dipilih kemudian
Tahun II         : Sebagian biji di tanam dalam barisan sebagian lagi disimpan.
Tahun III       : Biji yang disimpan dan diketahui menghasilkan barisan superior dicampur dan ditanam.

-         Ear To Row To Ear (longquist)
Ket:
Tahun I          : ± 200 tanaman superior yang menghasilkan tongkol superior diseleksi.
Tahun II         : Uji dengan satu ulangan dilakukan pada beberapa lokasi. Misalnya Lokasi 1,2,3 digunakan untuk menguji keturunan dan lokasi 4 digunakan untuk produksi biji.
Tanaman keturunan dari superior digunakan sebagai tanaman betina, sedangkan tanaman jantannya adalah campuran dari seluruh keturunan tersebut. Hasil rata-rata setiap turunan keempat lokasi dihitung dan 20% yang terbaik diidentifikasi. Dari yang terbaik tersebut, masing-masing diambil 5 tanaman dari lokasi empat.
Tahun III       : Biji dari 5 tanaman superior yang berasal dari barisan superior pada lokasi 4
3.      Seleksi Recurrent
a.      Seleksi recurrent untuk fenotipe (Recurrent Selection For Fenotype)/ Seleksi Recurrent Sderhana (Simple Recurrent Selection.
Prinsipnya     : pengembangan dari seleksi massa.
b.      Seleksi Recurrent untuk Daya Gabung Umum (Recurrent Selection For General Combining Ability)
Adalah kemampuan suatu bahan pemuliaan untuk memberikan  hasil yang baik jika disilangkan dengan bahan pemuliaan lainnya. Misalnya:
G1 x G2 = 90
G1 x G3 = 100
G2 x G3 = 80
G1 : 90+100/2 = 95
G2 : 90+80/2 = 85
G3 : 100+80/2 = 90
Jadi, yang terbaik adalah G1 karena memiliki daya gabung yang baik.
Tahun I          : Tanaman di selfing (S) dan disilangkan (xt).
Tahun II         : Uji daya gabung
Tahun III       : Biji hasil selfing dari tanaman dengan DGU baik di tanam.
Tahun IV       : Tanaman biji campuran dari tahun ke tiga lalu dua ulang
Tahun V         : Uji daya gabung
Tahun VI       : Biji hasil selfing dari tanaman dengan DGU baik di tanam.
c.      Seleksi Recurrent Untuk Daya Gabung Khusus (Recurrent Selection For Spesific)
Adalah kemampuan suatu bahan pemuliaan untuk memberikan hasil yang baik jika disilangkan dengan bahan pemuliaan tertentu. Contohnya: Jadi, G1 dan G3 memiliki daya gabung yang terbaik.
Prosedur sama dengan DGU, tetapi tanaman tester diseleksi terlebih dahulu. Tanaman tester yang terbaik adalah galur stabil dan permanen. Dengan menggunakan tanaman tester yang memiliki dasar genetik yang sempit dapat diketahui bahwa perbedaan hasil persilangan disebabkan DGK.
d.      Seleksi Recurrent Resiprok (Reciprocal Recurrent Selection), dilakukan untuk memperbaiki populasi  sekaligus misalnya A dan B. setiap populasi ditanggapi dengan dengan cara yang sama dengan seleksi recurrent untuk DGK. Tetapi tester untuk populasi. A dan B dan B untuk A. untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya kedua populasi tersebut tidak berkerabat dekatan dan diketahui dapat saling berkombinasi.
4.      Pembentukan Varietas Sintetik
Adalah populasi hasil silang acak sejumlah galur in bred (galur silang) kemudian sibbed lines galur sodara tirinya) atau klon (pada tanaman vegetatif) dengan semua kombinasi yang mungkin.
Komponen-komponen varietas sintetik adalah komponen-komponen yang:
-         telah di uji daya gabungnya
-         dipelihara dengan ketat untuk membentuk varietas sintetik kembali dengan komposisi genetik yang sama.
-         Dapat berkombinasi sehingga memungkinkan terjadinya silang acak.
Sifat-sifat varietas:
a.      Inbreeding/ silang dalam, pada setiap generasi hanya terjadi sedikit sehingga dapat digunakan untuk 3 sampai 4 generasi.
b.      Lebih baik daripada varietas silang terbuka (Open Pollinated Variety).
Varietas Sintetik
Perbandingan
Varietas Hibrida
Inbreed, Sibbed Lines, Klon
Galur
Inbreed
4-10
Tanaman Tetua
2-4
Secara Acak
Penyerbukan
Di kontrol
Di uji
DGU
Di uji
Lebih Rendah
Heterosis
Tinggi
F1 –F4
Penggunaan Biji
F1
Mudah
Pemeliharaan Varietas
Sulit
Simbol :
Syn 0  : Galur Induk
Syn 1  : F1 dari silang acak Syn 0
Syn 2  : Hasil silang acak Syn1
Syn 3  : Hasil silang acak syn 2

JARINGAN IRIGASI


Pengertian :
Jaringan  Irigasi adalah prasana irigasi yang terdiri dari bangunan dan saluran irigasi termasuk kelengkapannya.
Jaringan irigasi  utama  adalah bagian dari jaringan irigasi mulai dari bangunan pengambilan air sampai dengan pintu tersier,  yang termasuk jaringan irigasi utama adalah bendung, saluran primer, saluran skunder dan semua bangunan beserta kelengkapannya
Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi di petek tersier, mulai air keluar dari pintu tersier.  Jaringan irigasi tersier terdiri dari saluiran tersier dan kuarter termasuk semua bangunan dan kelengkapannya.

BANGUNAN IRIGASI
  1. Bangunan Bendung: adalah bangunan air yang dibuat melintang sungaui untuk menaikan muka air sampai tinggi tertentu sengga air dapat dialirkan melalui pintu sadap ke areal pertanian.
            Bagian Utama Bangunan Bendung
  1. Badan Bendung :  adalah bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali atau beton yang tinggi mercunya disesuaikan dengan tinggi yang diperlukan untuk irigasi.
  2. Pintu penguras :  adalah bangunan yang dibuat di ujung badan bendung yang berfungsi untuk menguras tanah dan lumpur yang berada di bangunan bendung.
  3. Pintu pengambilan : adalah bangunan yang dibuat  dekat dengan pintu penguras yang berfungsi untuk mengalirkan air ke saluran primer.
  1. Bangunan Kantong  Lumpur: adalah  bangunan pada saluran primer yang dibuat dengan maksud agar lumpur dari sungai dapat ditampung dan diendapkan  sebelum  air  masuk ke saluran skunder  dan  tersier.  Di ujung kantong lumpur dilengkapi dengan bangunan penguras yang dihubungkan dengan  sungai.
  2. Bangunan  Bagi: adalah bangunan pada saluran pembawa untuk membagi air ke dalam 2  saluran atau lebih. Apabila bangunan bagi itu hanya mempunyai satu  saluran  cabang misalnya saluran tersier, maka bangunan tersebut di sebut bangunan sadap.
  3. Bangunan Pelimpah: adalah bangunan yang dibuat untuk membuang kelebihan air pada saluran yang diakibatkan karena kelebihan debit.
  4. Bangunan Terjun: adalah bangunan yang dibuat untuk menurunkan ketinggian saluran dengan topografi setempat sehingga kecepatan air di saluran irigasi tidak menimbulkan erosi pada dasar saluiran.
  5. Saluran  Miring: adalah bangunan alternatif dari bangunan terjun apabila kedaan topografi dan biaya konstruksi tidak memungkinkan.  Saluran miring dibuat dari beton sehingga pada saat air meluncur tidak akan mengakibatkan ertosi pada dasar saluran.
  6. Bangunan  Trowongan: adalah bangunan yang dibuat apabila saluran irigasi harus melintasi atau menembus bukit.  Bangunan ini dibuat dengan konstruksi beton bertulang.
  7. Bangunan Talang: adalah bangunan lintas air yang dibuat apabila saluran air melintasi jalan raya, jalan kereta api, jalan desa, saluran- saluran ataupun sungai yang letaknya lebih rendah dari dasar saluran irigasi.
  8. Bangunan Siphon: adalah bangunan lintas air yang dibuat  apabila saluran irigasi harus melintasi jalan raya, jalan kereta api, sungai atau saluran lain yang permukaannya sama atau hampir sama.
  1. Bangunan Ukur: adalah bangunan yang dibuat untuk mengukur debit air pada saluran irigasi.
            a.  Pintu Ukur,  contohnya Pintu Romyn.
            b.  Sekat  Ukur, Contohnya : Sekat Ukur  Cipoleti; Sekat Ukur  Thompson.
            c.  Flume  contohnhya   Parshall Flume

Petak Tersier
         Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan
         Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
         Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah.
         Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien.
         Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas perubahan bentuk medan (terrain fault)
         Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang lebih 8 - 15 ha
         Apabila keadaan topografi. memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien
         Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran primer.
         Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m.
         Panjang saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.

Petak Sekunder
         Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
         petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder
         Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang
         Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah
         Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya.
         Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.

Petak Primer
         Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer.
         Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai.
         Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.
         Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder
         Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer



TEKNIK PEMBERIAN AIR IRIGASI (IRRIGATION APPLICATION)


FUNGSI IRIGASI

Fungsi utama: Memenuhi kebutuhan air tanaman

Fungsi spesifik:

a)      Mengambil air dari sumber (diverting)

b)      Membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying)

c)      Mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)

d)     Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring)

 

MACAM IRIGASI

Menurut sumber airnya:

a)      Air permukaan : sungai, danau, waduk

b)      Airtanah : akuifer

Menurut cara pengambilan airnya:

a)      Pengambilan gravitasi

b)      Pompa

Menurut cara pengalirannya:

a)      Saluran terbuka (open channel)

b)      Jaringan pipa (pipe network)

Menurut cara distribusi di lahan:

a)      Irigasi permukaan

b)      Irigasi di bawah permukaan

c)      Irigasi curah

IRIGASI PERMUKAAN (SURFACE IRRIGATION)

a)      Irigasi Genangan/Sawah (Basin)

b)      Irigasi Alur (Furrow)

c)      Irigasi Alur (Furrow)

d)     Irigasi Surjan

Keuntungan Irigasi Permukaan: Tanaman lebih terjamin kebutuhan airnya dan dapat lebih banyak menyerap unsur hara yang terkandung dalam air irigasi

IRIGASI CURAH (SPRINKLER)

o   Membentuk tetesan mirip hujan ke lahan

o   Fungsi:

a)      memenuhi kebutuhan air tanaman

b)      mencegah pembekuan

c)      mengurangi erosi angin

d)     memberikan pupuk

Keuntungan Irigasi Curah

a)      pengukuran air lebih mudah

b)      tidak mengganggu pekerjaan pertanian dan hemat lahan

c)      efisiensi air tinggi

d)     investasi dengan mempertimbangkan kebutuhan

e)      jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga O&P lebih murah

Kesesuaian Pemakaian

1.      Tanaman : Cocok hampir semua tanaman (pohon, semak, hamparan), dapat disiramkan di atas atau di bawah kanopi; Tidak cocok untuk beberapa jenis sayuran yang mudah rusak karena tetesan air.

2.      Kemiringan lahan: Cocok untuk lahan datar maupun bergelombang

3.      Tanah: Paling cocok untuk tanah pasiran, tapi cocok untuk hama

4.      Air irigasi: Cocok untuk air yang bersih dan bebas sedimen


IRIGASI BAWAH  TANAH

Definisi: suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emiter / dripper). Debit kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman

Kesesuaian pemakaian

1.      Tanaman: Biasanya cocok untuk tanaman semak, pohon, dan menjalar; Tanaman dengan nilai ekonomi tinggi.

2.      Topografi: Bisa dipakai di semua jenis slope

3.      Tanah: Bisa dipakai di semua jenis tanah

4.      Air: Harus menggunakan air yang bersih untuk mencegak mampet di emiter; Air harus bebas sedimen,  endapan pupuk, dll.

Keuntungan Irigasi Bawah Tanah

1.      Efisiensi sangat tinggi (evaporasi ↓, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada pembasahan daun, runoff ↓, pengairan dibatasi di sekitar tanaman pokok)

2.      Respon tanaman lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman)

3.      Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan rendah, tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas

4.      Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur

5.      Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi. 

Irigasi Air


PENDAHULUAN
Fakta :
      Sistem Irigasi di  Indonesia sudah berada sejak 200 – 300 SM 
      Indonesia yang beriklim tropis basah dalam kenyataannya masih membutuhkan air irigasi

Pengertian
Irigasi adalah proses penambahan air untuk  memenuhi kebutuhan  lengas tanah bagi  pertumbuhan tanaman (israelsen & hansen, 1980)
Irigasi merupakan suatu proses pengaliran air dari sumber air ke sistem pertanian
Irigasi  yaitu  usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang kegiatan pertanian  yang berasal dari air permukaan maupun air tanah.
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi  permukaan, irigasi rawa, irigasi  air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak  (PP 20/2006).

Sejarah  Perkembangan  Irigasi
  1. Di  Mesir, mulai tahun 3300  SM telah ada sistem irigasi di lembah suangai Nil.
  1. Di  Cina,  mulai tahun 4000 SM telah dibangun  Saluran induk raksasa sepanjang   1, 12 km
  2. Di  India, sejak tahun 300 SM telah menggunakan sistem irigasi untuk memakmurkan rakatnya
  3. Di Jepang, kurang lebih  600 SM  telah diterapkan sistem Irigasi.
  4. Di  Indonesia,  sejak 200 – 300 SM di Pulau Jawa sebelum kedatangan orang-orang Hindu.

Perkembangan Pembangunan Irigasi di Indonesia:
Sebelum Merdeka :
  1. Tahun 1852 Pembangunan Bendungan Glapan di  Kali Tuntang (Batang) untuk irigasi tanaman kapas
  2. Menyusul Pembangunan Bendungan Lengkong di  Kali  Brantas (Mojokerto) untuk irigasi tanaman padi
  3. Mulai tahun 1908 Irigasi menjadi perhatian pemerintah Belanda untuk pengembangan tahaman tebu,  diantaranya dibangun Jaringan Irigasi Banjar Cahyana di Bayumas, Irigasi Pemali Comal di Pekalongan, Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes,
           
Setelah Merdeka
Tahun  1957  Pembangunan Waduk Jatiluhur
Mulai Tahun  1969 sejak dimulainya Repelita I  Pemerintah memperhatikan Rehabilitasi dan Pembangunan Irigasi :
  1. Jaringan Irigasi  Cisadane di  Tangerang
  2. Jaringan Irigasi  Way Seputih  di   Lampung
  3. Jaringan  Irigasi Sadang di Sulawesi Selatan
  4. Jaringan Irigasi  Rentang di Indramayu
  5. Bendungan Tajum di Purwokerto
  6. Waduk Cacaban di Tegal
  7. Waduk Serbaguna Karangkates di Malang
  8. Waduk Wlingi Raya di Blitar
  9. Bendungan Kelara di Sulawesi Selatan
  10. Waduk Riam Kanan di Kalimantan

Ruang  Lingkup Irigasi
  1. Pengembangan sumber air dan penyediaan air    untuk keperluan tanaman
  2. Penyaluran  air irigasi ke daerah  pertanian
  3. Pembagian dan pemberian air di daerah pertanian
  4. Pembuangan kelebihan air dari daerah pertanian

Sumber  Air  Irigasi
  1. Air  Permukaan
            Air hujan  yang turun ke bumi :
Ø  Mengalir diatas permukaan tanah (run off)
Ø  Meresap ke dalam tanah (infiltrasi)
Ø  Meresap kedalam tanah dan keluar kembali masuk ke sungai sungai (interflow)
Ø  Terus meresap kedalam tanah dan tersimpan di dalam tanah (ground water)
Ø  Ground water akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka  yang relatif lama ke permukaan tanah di daerah daerah yang lebih rendah sebagai limpasan air tanah (ground water run off)
  1. Air  Tanah
Sumber air tanah terdapat dalam lapisan batuan yang sarang dimana air mudah bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih mudah. Sumber  air tanah ini disebut  AQUIFER ada  3  kelompok aquifer :
a.       Unconfined aquifer (air  tanah  bebas)
b.      Confined aquifer (air tanah tertekan)
c.       Perched aquifer (air tanah tumpang)

PRINSIP EKOLOGI DALAM PENGENDALIAN HAYATI


Prinsip Dasar Ekologi Populsai
  1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam definisi tersebut lingkungan dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor fisik (abiotik) dan faktor biologi (biotik).
  2. Di dalam suatu ekosistem alami atau pertanian (agroekosistem), beragam jenis makhluk hidup akan membentuk suatu komunitas yang terdiri atas populasi-populasi dari jenis yang berbeda. Setiap populasi memiliki berbagai karakteristik, seperti kepadatan, struktur umur, laju kelahiran, dan laju kematian.

Di alam, populasi makhluk hidup tidaklah statis, tetapi selalu dalam keadaan yang dinamis. Segala perubahan yang terjadi pada jumlah anggota populasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut dipelajari dalam studi dinamika populasi.
Ukuran populasi makhluk hidup tergantung pada individu-individu yang lahir, mati, datang (imigrasi), dan pergi (emigrasi). Ukuran populasi akan bertambah dengan adanya kelahiran dan imigrasi, serta berkurang dengan adanya kematian dan emigrasi.

Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Populasi
}  Berbagai faktor lingkungan dapat bekerja sebagai suatu kekuatan alam yang mengakibatkan naik turunnya kelimpahan populasi sejenis makhluk hidup. Faktor-faktor lingkungan tersebut dapat membantu atau menghambat usaha pengendalian hama.
}  Penyakit merupakan salah satu dari berbagai faktor terkait kepadatan yang pengaruhnya semakin besar dengan meningkatmya kepadatan populasi makhluk hidup. Bencana alam seperti letusan gunung berapi atau hujan badai, meskipun dapat mempengaruhi ukuran populasi makhluk hidup, adalah faktor-faktor yang tidak terkait dengan kepadatan populasi makhluk hidup. Pada kepadatan populasi berapa pun pengaruhnya akan tetap sama.
}  Hampir semua orang kini menerima pandangan bahwa populasi makhluk hidup di alam diatur oleh faktor-faktor yang terkait dengan kepadatan. Faktor-faktor yang tidak terkait dengan kepadatan hanya dapat mengubah tetapi tidak mengatur kepadatan populasi makhluk hidup di alam.
}  Peranan faktor biotik dan abiotik dalam menentukan ukuran populasi makhluk hidup di suatu ekosistem dapat digambarkan melalui skenario umpan balik lingkungan (environmental feedback). Persaingan antarindividu sejenis (intraspesifik) dalam memperebutkan sumber daya akan mengurangi ukuran populasi atau terjadi umpan balik negatif (negative feedback). Pada waktu ukuran populasi cukup rendah, maka kondisi lingkungan mulai pulih dan siklus yang sama akan terjadi lagi.
}  Interaksi antara makhluk hidup tidak sejenis dapat mempengaruhi lingkungan jenis lain secara positif (+), negatif (-), atau tidak sama sekali (0). Kategori interaksi antara jenis-jenis makhluk hidup yang berbeda dapat dibagi menjadi empat, yaitu persaingan (-/-), eksploitasi (+/-), mutualisme (+/+), dan komensalisme (+/0). Interaksi yang termasuk ke dalam kategori eksploitasi adalah pemangsaan, parasitisme, patogenitas, dan herbivora.
}  Interaksi yang bersifat eksploitasi dapat membatasi ukuran dan penyebaran populasi mangsa atau inang. Aktivitas pemangsa, parasitoid, patogen, atau herbivora akan menurunkan laju kelahiran dan meningkatkan laju kematian mangsa atau inang.

Hama Serangga Sebagai Target Pengendalian
Serangga Sebagai Hama
Hama adalah makhluk hidup yang menjadi pesaing, perusak, penyebar penyakit, dan pengganggu semua sumber daya yang dibutuhkan manusia.
Definisi hama bersifat relatif dan sangat antroposentrik berdasarkan pada estetika, ekonomi, dan kesejahteraan pribadi yang dibentuk oleh bias budaya dan pengalaman pribadi.

Pengakategorian Hama Serangga
      Tiga kategori umum hama serangga adalah
  1. Hama Estetika: mengganggu suasana keindahan, kenyamanan, dan kenikmatan manusia.
  2. Hama kesehatan: menimbulkan dampak pada kesehatan dan kesejahteraan manusia berupa luka, ketidaknyamanan, stress, sakit, pingsan, dan bahkan kematian.
  3. Hama pertanian dan kehutanan: Sekitar 50% dari seluruh jenis serangga penghuni bumi merupakan serangga herbivora yang dapat merusak tanaman pertanian dan kehutanan secara langsung atau pun tidak langsung.

Pertanian Monokultur
}  Pertanian monokultur dengan varietas tanaman yang berproduksi tinggi telah menyediakan pasokan makanan yang seragam kualitasnya dan tidak ada habis-habisnya bagi serangga herbivor.
}  Sistem monokultur juga telah menciptakan kondisi lingkungan yang sangat mendukung bagi peningkatan laju reproduksi dan laju kelangsungan hidup serangga herbivora. Keduanya menjadi pemicu ledakan hama serangga di lahan pertanian

Pertanian monokultur biasanya menerima asupan energi berupa pupuk buatan dan pestisida.
               Jika insektisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama ternyata juga membunuh atau mengusir musuh alami hama, maka akan terjadi pertukaran dari agen pengendali jangka panjang (musuh alami) ke agen pengendali jangka pendek (insektisida kimia).
             Apabila pengaruh pengendali kimia tidak ada maka populasi hama akan tumbuh tidak tertahan di lingkungan yang bebas dari musuh alaminya.
Sebagian besar taktik pengendalian hama tidak pernah 100 % efektif. Biasanya akan ada sejumlah kecil hama yang mampu bertahan hidup untuk bereproduksi dan menurunkan materi genetiknya kepada generasi selanjutnya. Apabila materi genetik tersebut membawa gen (atau alel) resisten terhadap insektisida, maka taktik pengendalian yang pernah diterapkan akan kurang efektif terhadap generasi barunya. Populasi hama resisten dapat mencapai ledakan dengan cepat kecuali jika kita mengubah atau memperbarui taktik pengendalian sehingga menjadi lebih efektif.
Mekanisme lain yang menyebabkan ledakan hama adalah perpindahan makhluk hidup, baik sengaja ataupun tidak sehingga mampu melintasi berbagai penghalang geografi antar negara. Jenis-jenis introduksi tersebut menikmati iklim yang sesuai, makanan melimpah, dan tidak ada musuh alami, sehingga populasinya berkembang dengan sangat cepat dan menyebar luas ke lokasi-lokasi lainnya
Sekarang banyak konsumen menginginkan buah dan sayuran yang bebas sama sekali dari serangga (zero tolerance) dan tidak akan mentoleransi adanya kontaminasi atau kerusakan sedikitpun karena serangga. Produsen telah ditekan oleh konsumen untuk menerapkan praktek pengendalian hama yang lebih keras sehingga dihasilkan komoditas yang diinginkannya. Konsumen tidak menyadari jika penggunaan pestisida yang intensif akan diikuti oleh resurgensi hama dan perkembangan hama sekunder karena tidak ada lagi musuh alaminya, serta munculnya hama resisten terhadap insektisida.


Postingan Lebih Baru Postingan Lama

Diberdayakan oleh Blogger.