JARINGAN IRIGASI


Pengertian :
Jaringan  Irigasi adalah prasana irigasi yang terdiri dari bangunan dan saluran irigasi termasuk kelengkapannya.
Jaringan irigasi  utama  adalah bagian dari jaringan irigasi mulai dari bangunan pengambilan air sampai dengan pintu tersier,  yang termasuk jaringan irigasi utama adalah bendung, saluran primer, saluran skunder dan semua bangunan beserta kelengkapannya
Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi di petek tersier, mulai air keluar dari pintu tersier.  Jaringan irigasi tersier terdiri dari saluiran tersier dan kuarter termasuk semua bangunan dan kelengkapannya.

BANGUNAN IRIGASI
  1. Bangunan Bendung: adalah bangunan air yang dibuat melintang sungaui untuk menaikan muka air sampai tinggi tertentu sengga air dapat dialirkan melalui pintu sadap ke areal pertanian.
            Bagian Utama Bangunan Bendung
  1. Badan Bendung :  adalah bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali atau beton yang tinggi mercunya disesuaikan dengan tinggi yang diperlukan untuk irigasi.
  2. Pintu penguras :  adalah bangunan yang dibuat di ujung badan bendung yang berfungsi untuk menguras tanah dan lumpur yang berada di bangunan bendung.
  3. Pintu pengambilan : adalah bangunan yang dibuat  dekat dengan pintu penguras yang berfungsi untuk mengalirkan air ke saluran primer.
  1. Bangunan Kantong  Lumpur: adalah  bangunan pada saluran primer yang dibuat dengan maksud agar lumpur dari sungai dapat ditampung dan diendapkan  sebelum  air  masuk ke saluran skunder  dan  tersier.  Di ujung kantong lumpur dilengkapi dengan bangunan penguras yang dihubungkan dengan  sungai.
  2. Bangunan  Bagi: adalah bangunan pada saluran pembawa untuk membagi air ke dalam 2  saluran atau lebih. Apabila bangunan bagi itu hanya mempunyai satu  saluran  cabang misalnya saluran tersier, maka bangunan tersebut di sebut bangunan sadap.
  3. Bangunan Pelimpah: adalah bangunan yang dibuat untuk membuang kelebihan air pada saluran yang diakibatkan karena kelebihan debit.
  4. Bangunan Terjun: adalah bangunan yang dibuat untuk menurunkan ketinggian saluran dengan topografi setempat sehingga kecepatan air di saluran irigasi tidak menimbulkan erosi pada dasar saluiran.
  5. Saluran  Miring: adalah bangunan alternatif dari bangunan terjun apabila kedaan topografi dan biaya konstruksi tidak memungkinkan.  Saluran miring dibuat dari beton sehingga pada saat air meluncur tidak akan mengakibatkan ertosi pada dasar saluran.
  6. Bangunan  Trowongan: adalah bangunan yang dibuat apabila saluran irigasi harus melintasi atau menembus bukit.  Bangunan ini dibuat dengan konstruksi beton bertulang.
  7. Bangunan Talang: adalah bangunan lintas air yang dibuat apabila saluran air melintasi jalan raya, jalan kereta api, jalan desa, saluran- saluran ataupun sungai yang letaknya lebih rendah dari dasar saluran irigasi.
  8. Bangunan Siphon: adalah bangunan lintas air yang dibuat  apabila saluran irigasi harus melintasi jalan raya, jalan kereta api, sungai atau saluran lain yang permukaannya sama atau hampir sama.
  1. Bangunan Ukur: adalah bangunan yang dibuat untuk mengukur debit air pada saluran irigasi.
            a.  Pintu Ukur,  contohnya Pintu Romyn.
            b.  Sekat  Ukur, Contohnya : Sekat Ukur  Cipoleti; Sekat Ukur  Thompson.
            c.  Flume  contohnhya   Parshall Flume

Petak Tersier
         Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan
         Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
         Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah.
         Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien.
         Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas perubahan bentuk medan (terrain fault)
         Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang lebih 8 - 15 ha
         Apabila keadaan topografi. memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien
         Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran primer.
         Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m.
         Panjang saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.

Petak Sekunder
         Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
         petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder
         Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang
         Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah
         Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya.
         Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.

Petak Primer
         Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer.
         Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai.
         Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.
         Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder
         Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer



Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.